Senin, 11 Juli 2022

Sekolah KNOWING vs Sekolah BEING

 *"Sekolah KNOWING vs Sekolah BEING"*

Copas...
Kantor kami, perusahaan PMA dari Jepang, mendapat pimpinan baru dari perusahaan induknya. Ia akan menggantikan pimpinan lama yang sudah waktunya kembali ke negaranya.

Sebagai partner, saya ditugaskan untuk mendampinginya selama ia di Indonesia. Saya memperkenalkan kepadanya relasi, dan melihat objek wisata kota Jakarta dan Bandung.

Pada saat kami ingin menyeberang jalan, teman saya ini selalu berusaha untuk mencari zebra cross. Berbeda dengan saya dan orang Jakarta yang lain, dengan mudah menyeberang di mana saja sesukanya.

Teman saya ini tetap tidak terpengaruh oleh situasi. Dia terus mencari zebra cross ataupun jembatan penyeberangan setiap kali akan menyeberang. Padahal di Indonesia tidak setiap jalan dilengkapi dengan sarana seperti itu.

Yang lebih memalukan, meskipun sudah ada zebra cross tetap saja para pengemudi tancap gas, tidak mau mengurangi kecepatan guna memberi kesempatan pada para penyeberang. 

Teman saya geleng-geleng kepala mengetahui perilaku masyarakat kita. Akhirnya saya coba menanyakan pandangannya mengenai fenomena menyeberang jalan.

Saya bertanya, mengapa orang-orang di negara ini menyeberang tidak pada tempatnya, meskipun mereka tahu bahwa zebra cross itu adalah sarana untuk menyeberang jalan. Sementara mengapa dia selalu konsisten mencari zebra cross meskipun tidak semua jalan di negara kami dilengkapi dengan sarana tersebut.

Pelan-pelan dia menjawab pertanyaan saya, *"It's ALL HAPPENS BECAUSE OF THE EDUCATION SYSTEM."*

Saya kaget juga mendengar jawabannya. 

Apa hubungannya menyeberang jalan sembarangan dengan sistem pendidikan?

Dia melanjutkan penjelasannya, "Di dunia ini ada 2 jenis sistem pendidikan, yang pertama adalah sistem pendidikan yang hanya menjadikan anak-anak kita menjadi makhluk 'KNOWING' atau SEKEDAR TAHU SAJA, sedangkan yang kedua sistem pendidikan yang mencetak anak-anak menjadi mahluk 'BEING'.

Apa maksudnya?

Maksudnya, sekolah hanya bisa mengajarkan banyak hal UNTUK DIKETAHUI PARA SISWA. Sekolah TIDAK MAMPU MEMBUAT SISWA MAU MELAKUKAN APA YANG DIKETAHUI SEBAGAI BAGIAN DARI KEHIDUPAN NYA. 

Anak-anak tumbuh hanya menjadi 'MAHKLUK KNOWING', hanya sekedar 'MENGETAHUI' bahwa:
» ZEBRA CROSS adalah TEMPAT MENYEBERANG.
» TEMPAT SAMPAH adalah UNTUK MENARUH SAMPAH.

Tapi "MEREKA TETAP AKAN MENYEBERANG DAN MEMBUANG SAMPAH SECARA SEMBARANGAN".

Sekolah semacam ini BIASANYA MENGAJARKAN "BANYAK SEKALI MATA PELAJARAN". 

Tak jarang membuat para siswanya STRESS, PRESSURE dan akhirnya MOGOK SEKOLAH.

"SEGALA MACAM DIAJARKAN" dan BANYAK HAL DIUJIKAN, "TETAPI TAK SATUPUN DARI SISWA YANG MENERAPKANNYA SETELAH UJIAN". 

Ujiannya pun HANYA SEKEDAR TAHU, 'KNOWING'.

Di negara kami, sistem pendidikan BENAR-BENAR DIARAHKAN UNTUK MENCETAK MANUSIA-MANUSIA YANG "TIDAK HANYA TAHU apa yang benar tetapi MAU MELAKUKAN APA YANG BENAR SEBAGAI BAGIAN DARI KEHIDUPANNYA'.

Di negara kami, anak-anak hanya diajarkan 3 mata pelajaran pokok:
1. Basic Science
2. Basic Art
3. Social

Dikembangkan melalui praktek langsung dan studi kasus dan dibandingkan dengan kejadian nyata di seputar kehidupan mereka. Mereka tidak hanya TAHU, mereka juga MAU menerapkan ilmu yang diketahui dalam keseharian hidupnya. 

Anak-anak ini juga TAHU PERSIS ALASAN MENGAPA MEREKA MAU atau TIDAK MAU MELAKUKAN SESUATU.

Cara ini mulai diajarkan pada anak sejak usia mereka masih sangat dini agar terbentuk sebuah kebiasaan yang kelak akan membentuk mereka menjadi makhluk 'BEING', yakni MANUSIA-MANUSIA YANG MELAKUKAN APA YANG MEREKA TAHU BENAR."
 
Betapa sekolah begitu MEMEGANG PERAN YANG SANGAT PENTING BAGI PEMBENTUKAN PERILAKU DAN MENTAL ANAK-ANAK BANGSA.

Tidak hanya sekadar berfungsi sebagai "LEMBAGA SERTIFIKASI" yang "HANYA MAMPU MEMBERI IJAZAH" kepada para anak bangsa.

KARAKTER, PERILAKU dan KEJUJURAN adalah landasan untuk membangun anak didik yang LEBIH BERADAB DALAM BERPERILAKU. 

BUKAN SEKEDAR ANGKA-ANGKA AKADEMIK seperti yang tertera di buku-buku raport sekolah ataupun Indeks Prestasi IPK.

KEJUJURAN dan ETIKA MORAL adalah PRIORITAS UTAMA, sedangkan kepintaran itu kita kembangkan kemudian, karena SETIAP ANAK TERLAHIR PINTAR dan pendidikan itu sendiri adalah perkembangan.

Oleh sebab itu, seyogyanya, kita TIDAK PERLU TERLALU RISAU jika seorang anak belum bisa calistung (baca tulis hitung) saat masuk SD atau bahkan setelah sekolah SD sekalipun. Tapi mestinya harus peduli jika seorang anak TIDAK JUJUR dan BERETIKA BURUK. 

Pendidikan itu BUKAN PERSIAPAN UNTUK HIDUP,  karena PENDIDIKAN ADALAH KEHIDUPAN SEPANJANG HIDUP.

Tidak ada komentar: