Selasa, 12 Mei 2020

PENDIDIKAN KESABARAN DAN RENDAH HATI (Bagian 2)

PENDIDIKAN KESABARAN DAN RENDAH HATI (Bagian 2)
Umar bin Khattab adalah seorang khalifah yang sangat berkuasa dijamannya, ditangannyalah kunci kunci harta yg disimpan di baitul mal. Wilayah kekuasaannya membentang dari barat sampai ke timur. Wataknya terkenal sangat keras dan cenderung pemarah.
Pada masanya islam berjaya dan rakyatnya berduyun duyun melaksanakan sholat di mesjid-mesjid. Sehingga mesjid yang ada kadang dirasa sudah kecil dan sangat sempit. Sehingga beliau berminat memperluasnya dengan membeli tanah dan bangunan di sekitar mesjid.
Salah satu rumah yang masuk dengan rencana perluasannya adalah rumah Abbas (sahabat nabi juga). Untuk tujuan itu Umar mendatangi Abbas dan mengatakan “Aku ingin membeli rumahmu untuk perluasan mesjid kita.”. Namun jawaban Abbas diluar dugaannya dengan mengatakan “Saya tidak mau menjualnya, dan tidak ingin memenuhi keinginanmu”. Umar merasa ini adalah untuk kepentingan jama’ah, dan mencoba menaikkan tawaran, dengan mengatakan “Saya menawarkan tiga pilihan kepadamu, satu menjualnya dengan harga sesuai dengan kemauanmu, Dua, bangunan dan tanah saya ganti dengan tanah dan bangunan pada tempat lain dimanapun kau suka, Tiga, sedekahkan rumahmu untuk kepentingan masjid” namun Abbas tetap tak bergeming dan tetap pada pendiriannya.
Karena Umar tetap ngotot dan bersitegang dengan Abbas, sahabat lain mencoba menengahi dan menceritakan kisah Nabi Daud, yang kasusnya mirif. Masa itu Daud di perintahkan Allah untuk membuat rumah ibadah. Dan setelah beliau merancangnya, denah rumah ibadah itu meliputi salah satu rumah bani israil. Dan hal sama setelah dicoba oleh Daus, bani israil tersebut tidak bersedia menjualnya, dengan kekuasaannya Daud berencana untuk merampasnya. Namun Allah tidak membiarkan hal ini terjadi dengan turunya wahyu kepade beliau “ Aku memerintahkanmu untuk membuat rumah ibadah yang akan menjadi tempat ibadah kepadaku, rumahku adalah tempat damai, tidak boleh ada unsur pengambilan paksa atasnya, dan yang demikian itu bukan perintahKu, dan kamu dilarang membangunnya”. Sehingga rumah ibadah itu batal dibangun. Dengan kata lain tempat ibadah itu rumah Allah, suci, damai dan tidak boleh ada unsur jahat/merugikan siapapun dalam memperolehnya.
Dari kisah ini membuat Umar tersadar dan berkata kepada Abbas. “Wahai Abbas, aku tidak jadi membeli rumahmu” Namun diluar dugaan pula Abbas membalas “Silahkan tanah dan rumahku dipakai dan aku wakafkan untuk perluasan mesjid”. Sehingga perluasan mesjid tersebut dapat terlaksana
Dari kisah ini pula saya bertambah yakin bahwa sesungguhnya dengan kerendahan hati/kelembutan bisa menaklukkan dan mengalahkan kekerasan. Masalah pelik sangat memungkinkan diselesaika dengan kerendahan hati...

Tidak ada komentar: